maklumi saya bila masih tidak mengerti;
dengan anak-anak muda berkostum urban
(celana levi's, kaos berjargon, dan sepatu converse)
yang tekun belajar tentang ilmu membela proletar
di tengah kepulan asap-asap rokok
ditemani buku-buku marx, lenin, stalin dan mao yang
berbaur dengan macbook dan latte panas setengah harga
-dengan membawa cangkir atau termosmu sendiri-
di pojokan gerai-gerai kopi waralaba barat
sambil sesekali mengupdate status
di situs-situs pergaulan masa kini
dengan mengutip che, castro atau tan malaka
masih dengan macbooknya
yang mengandung sambungan maya nirkabel.
4 komentar:
masa sih sekarang kayak gitu? che, castro, tan, lenin, stalin dan mark masuk ke kedai kopi?
apa boleh buat. it's now hip to know che, marx, stalin, dan keblinger, sambil diam2 tetap nggak paham konteks jargon-jargon tersebut. apakah saya boleh, tetap suka kopi yang mainstream setengah harga (murni karena saya suka barang manis diskonan)? please dont reject me from your group.
mungkin nggak semua.. saya masih mencoba memaklumi diskusi keproletaran di black canyon coffee.. tapi kedai-rantai asal seattle itu disusupi idealisme kerakyatan? *ah! sayapun masih belajar.. bukankah di dunia budaya, budaya bentukan juga budaya.. vox populi vox dei.. vox dei is divine.. ergo, rakyat is divine*
grup apa ya? saya pun interna(tiona)lly displaced person.. maka tidak dimiliki oleh grup apapun.. tidak juga bagian dari yang sami'na wa atho'na.. *alias barang reject'an juga*
Posting Komentar