28.10.05

ya, aku mencintaimu

Terima kasih karena telah memperkenalkan kebaikannya kepadaku.
Mengajariku untuk selalu yakin dan bahwa masalah-masalahku ada karena
cintanya. Menunjukkan lewat kesabaran menunggu sebagai bentuk cintamu
padanya. Memilah-milah mendesak, penting dan sepele. Aku tak mengerti
semua itu. Aku selalu ingin tahu apa, mengapa, dan bagaimana. Selalu
memberontak tanpa pernah benar-benar memahami tindakanmu. Nasihatmu.
Dirimu.

Aku paham jika kau lelah mengajakku mencintainya.
Mencintai caranya. Aku mengerti jika kau akan pergi meninggalkanku dan
membiarkanku bertingkah semauku. Aku akan rindu pengingat-pengingatmu
akan cintanya. Aku tidak akan lupa semuanya. Aku menghargai semuanya.
Namun, sementara ini, aku ingin mencintainya dengan caraku sendiri.
Tanpa bantuanmu. Bukan aku tidak membutuhkannya. Atau tak ingin kau
membantuku. Hanya saja aku tidak sepertimu, aku belum seyakin dirimu
bahwa ia cinta padaku. Aku ingin mencintainya sepertimu. Aku ingin
mencintainya karena ia mencintaiku.

Nanti, jika kita kembali
bertemu, semoga memang itu yang seharusnya. Qudrat dan iradatnya.
Semoga saat itu kau telah siap untuk membentangkan sajadahmu di depan
sajadahku. Memimpin takbiratul ikhram hingga salam lima kali sehari
tanpa pernah ingin berhenti. Menuntunku melafadzkan qalqalah yang
benar. Membantuku mengenal tajwid lebih intim. Membenahi hidupku. Aku
berharap jika saat itu tiba, aku telah siap mengikutimu tanpa keluh
kesah. Tak sekedar karena ingin menemanimu mencari ridhonya, tetapi
karena aku juga mencarinya. Jika saat itu tiba, aku ingin kita tidak
hanya bercinta karena kau mencintaiku atau aku mencintaimu. Lebih dari
itu, aku ingin kita bercinta karena kita mencintainya.

Sayangnya, sekarang, aku hanya tahu bahwa aku mencintaimu. Padanya? Entahlah, aku tak yakin.

Tidak ada komentar: