18.3.08

Will & Grace

Rating:★★★★★
Category:Other
Di blog yang lama, saya sudah pernah menyatakan kecintaan saya pada serial sitcom ini. Ya, Will & Grace. Bagi anda pecinta Friends, mungkin anda akan menganggap humor di serial ini terlalu kasar dan vulgar. Namun, bila anda se-bitter saya, saya jamin anda akan suka.

Entah mengapa saya tergila-gila dengan serial ini. Jika Friends lebih berhati-hati dalam bercanda, tidak demikian dengan Will & Grace. Serupa dengan sitcom apapun, Will & Grace juga senang menggunakan ironi. Antara lain dengan hadirnya tokoh Beverley Leslie, seorang homoseksual anggota partai Republik yang menikahi wanita kaya raya yang merupakan somebody di dunia jetzet Amerika. Beverley selalu bersikap seolah-olah ia adalah Republican sejati yang membenci kaum gay, padahal dirinya sendiri mempunyai seorang kekasih yang selalu disebutnya ‘business associate’ bernama Benji, pemuda kulit hitam berbadan bagus berusia jauh lebih muda darinya. Ironi juga seringkali ditampilkan secara visual, seperti dalam episode ‘The Mourning Son’ yang menceritakan ketika ayah Will, George Truman, meninggal. Pada suatu adegan dikisahkan di laundry room ketika Will memergoki ibunya menangis sendirian, ibu Will mengatakan bahwa Will ‘secretive and i don’t know where you get that from’ karena jarang bercerita tentang kehidupannya, lalu tiba-tiba keponakan Will masuk dan bertanya, ‘Grandma, what are you doing here?’ dan ibu Will menjawab ‘making cupcakes, darling.’

Tidak hanya itu, serial ini dengan terang-terangan berani menyajikan tentang stereotipe berbagai kaum. Seperti misalnya bangsa Yahudi yang distereotipekan pelit dan rakus, digambarkan dengan baik oleh karakter Grace. Grace Adler diceritakan sebagai wanita yang sangat demanding, pelit dan seorang food enthusiast. Lalu Rosario, pelayan Karen Walker, yang tidak jelas dari mana asal negaranya, atau yang menurut Karen dari ’Costa-Guata-Mexi-Rico’, mewakili gambaran imigran dari Amerika Latin yang meskipun memiliki sertifikat diploma untuk Psikologi Pendidikan, di Amerika hanya bisa ’dihargai’ sebagai pelayan, seperti kebanyakan imigran sejenis. Karen juga sering mengucapkan hal-hal ironis, sarkastis dan agak sadis seperti, ‘how dare you call me a racist? A homophobe? Maybe. Distrustful of the Spaniards? Who isn’t? But nobody calls me a racist. And you can ask anyone I own.’ Karena pada kenyataannya, Karen bersahabat dengan Jack yang jelas-jelas gay, banyak imigran Spanyol di Amerika yang konon berprofesi negatif seperti pencopet, serta memang Karen owns everyone.

Selain itu, Jack sebagai tokoh homoseksual yang digambarkan bodoh tetapi tetap memiliki hati nurani juga kerap kali menggunakan stereotipe-stereotipe untuk kaum gay, misalnya, ia pernah berkata bahwa NBC adalah stasiun televisi untuk homoseksual karena menggunakan lambang burung merak berwarna pelangi (merak dan pelangi seringkali dikonotasikan sebagai simbol untuk kaum gay). Tidak perlu tersinggung dan mencap bahwa serial ini rasis dengan penggunaan stereotipe-stereotipe itu, karena jika anda membenarkan dialog-dialog yang ada dalam serial ini, siapa tahu, sebenarnya anda sendiri yang rasis. Saya juga tidak menuduh. Santai saja.

Saya juga menyukai serial ini karena tiga hal, pertama hal-hal yang menurut saya oddly romantic, seperti misalnya ketika Grace menawarkan diri untuk menikahi pacar Will yang orang Kanada demi mendapatkan izin tinggal. Kedua, layaknya sitcom-sitcom lain, seleb Hollywood berlomba-lomba menjadi bintang tamu dalam serial ini, seperti Kevin Bacon dua kali menjadi bintang tamu. James Earl Jones, Britney Spears, Sharon Stone, Woody Harelson, Harry Connick Jr. dan tentu saja Cher si icon drag queen, pahlawan bagi Jack McFarland, hanya sedikit dari banyak lagi selebriti terkenal Hollywood yang pernah menjadi bintang tamu di serial ini. Dan yang ketiga referensi nama orang terkenal yang sering dimasukkan dalam humor-humor mereka seperti Jack yang menggunakan Boo Radley Hoo (tokoh dalam To Kill a Mockingbird) untuk mengucapkan ‘boohoo’. Atau seperti kata Will kepada Grace ‘it’s amazing how you go to bed looking like Courtney Cox (tokoh Monica Geller dalam Friends), and you wake up Courtney Love (musisi mantan istri alm. Kurt Cobain).’ Will & Grace menggunakan referensi mulai dari yang klasik hingga masa kini, sehingga orang dari zaman apapun bisa relate to their comedy.

Serial ini juga akan sering took you by surprise. Namun, solely from a personal view, saya akan merekomendasikan Will & Grace season ke delapan. Ini merupakan season favorit saya, yang juga merupakan season finale. Dari semua episode, saya paling menyukai episode terakhirnya ‘The Finale’ dan ‘Say Goodnight Gracie’ yang menurut saya lebih bagus dari episode terakhir Friends yang merupakan saingan Will & Grace (jujur saya pada awalnya tidak percaya pada review yang mengatakan finale Will & Grace lebih bagus dari pada ‘Friends’). Anyways, saya menyarankan agar anda menyaksikan episode finale ini terutama bagi anda yang percaya pada fate and destiny dan tentu saja friendship. Di episode ini anda akan tahu mengapa Will met Grace at the first place, juga what fate and destiny that brought them together. Sementara bagi anda yang percaya pada friendship, tentu anda akan setuju bahwa friendship doesn’t have to end despite the different path one takes. You will never know where life takes you. Friendship is never easy. But if you work on it, it may turn into‘a family that loves you and accepts you for who you are.’

PS: Sedikit spoiler alert, hampir sama dengan Friends, somebody was knocked up too. You just have to see it by yourself to know who did who.. oops, I mean who did what. Enjoy!


11 komentar:

Arif Budi Nugroho mengatakan...

swas, hari apa balik dari surabaya? he4x

neurotic freeloader mengatakan...

senen

Marianne Dashwood mengatakan...

salah satu acara televisi terbaik. referensi popular culture-nya benar2 prima, sampai2 kadang gilmore girls kalah. saya suka dan kagum betul pada season pertama, karena terkonsep jelas, dan pengamatan sosialnya sangat tajam. apalagi lidah silet semua orang sudah beraksi optimal. "Jack: Welcome to Cynical Island, population: you."
dulu waktu tergila2 (sekarang juga sih), sampai ngumpulin quote2-nya karen walker, dan sampai sekarang masih bermimpi bisa mencetuskan komentar2 seperti dia. seperti: "Honey, your hair’s such a disaster, the Red Cross wouldn’t buy it a cup of coffee."

Marianne Dashwood mengatakan...

o ya, suka nggak sama absolutely fabulous? dan extras?
bagus sekali!!!

soen dari mengatakan...

iya nihhhhh, daku juga suka gara2 waktu itu nonton sama dirimu di belantara. hihihi.
ampe madonna and JLo pun numpang jadi bintang tamu. hihihi.

maria goreti mengatakan...

iya iya inget...rencana mau nonton dua tahun yang lalu...gara gara dirimyuu...belom kesampean...hiks...eh intan disini lohh...mau gabung? mampir lah sbeelum ke sby...

asri saraswati mengatakan...

entah kenapa, gue tidak akan segitu jatuh cintanya dengan sex and the city. i'd prefer friends and will and grace anywhere, anytime.

neurotic freeloader mengatakan...

blom.. pengen sih.. tapi suka ragu.. aku sudah terlalu hollywood.. though deep down sepertinya klo brits pasti lebih devilish ya..

neurotic freeloader mengatakan...

iyaaaa.. friends aja cuma dapet brad pitt..

neurotic freeloader mengatakan...

ayo nonton.. membunuh sepi

neurotic freeloader mengatakan...

karna gw born evil, bok.. kayaknya w&g lebih cocok sama gw..

that and also the fact that am not posh enough to relate to sex in the city.. except for having manhattan every now and then.. martini never fails you