18.6.09

indonesia bukan debu di mulutmu

waktu itu pernah, seseorang menunjuk saya dan berkata, 'kamu masih muda, tapi kenapa sudah sebegitu sinisnya?' nyatanya, kalimat itu memang tidak hanya sekali dua kali mampir di kuping. tapi sering. bapak di kantor malah pernah menasehati saya begini, 'if you are my age, i can understand, but you are so young, so many things to look forward to.' biasanya, bila sedang malas, saya hanya mendengus. tapi jika stamina cukup, saya akan menjawab, 'saya menjadi seperti ini bukan dalam sekedipan mata. ada prosesnya.'

 

ya. saya adalah avid complainer. mengeluh terus. sepanjang hari. sepanjang waktu. mulut ini rasanya tidak berengsel. kalimat-kalimat yang keluar jarang positif. ada saja yang bisa diberatkan. tapi, terserah mau percaya atau tidak, saya tidak peduli, saya bisa bilang bahwa saya adalah pengeluh yang nasionalis. jangan pernah berdebat dengan saya tentang sinisme terhadap indonesia. saya tidak suka.

 

protes-protes pada negara ini waktunya disudahi. kami generasi muda sudah waktunya mulai menemukan solusi. bukan meromantisasi masa lalu kemudian menunjuk pada hidung-hidung para pelaku sejarah yang konon membuat kacau.

 

terserahlah, orang-orang di masa lalu itu pernah berbuat salah dan sekarang akibatnya semua kena batunya. sampai kapan mau mengutuk. apakah akan berhenti semua serapah. dan yang lebih penting. apa ada bedanya lidah-lidah yang terlalu tajam dengan tangan-kaki-badan yang selalu bergeming.

 

terus terang, saya juga merasa jijik kepada mereka yang sepertinya tidak pernah berterimakasih kepada bangsanya. indonesia ini sudah terluka sedemikian parahnya. apa masih perlu dikucuri jeruk nipis dan ditaburi garam. saya masih ingat jelas kata-kata guru PPKN di sekolah menengah dulu, pak Tri, namanya. saya juga ingat bahwa pada saat itu sedang heboh koalisi Megawati, Gus Dur dan Amien Rais. beliau bilang, 'saya mengerti bahwa pemimpin kita banyak melakukan kesalahan, tetapi jika di hadapkan dengan pihak luar, sebagai sebuah bangsa, sudah selayaknya kita ikut membela kehormatannya. bukan berarti tidak memperkarakan kesalahannya. tapi lebih bijak dalam menyikapi perbuatannya. kalian kan sudah belajar pengertian harkat dan martabat manusia. nanti, pada saatnya, kalian akan belajar mengenai harkat dan martabat sebuah bangsa.' saya tidak pernah tahu mengapa the greater force melekatkan ingatan saya kuat-kuat pada kata-kata itu. tapi saya memang mempercayai kata-kata itu.

 

mungkin jika sepatu saya anda pakai, anda akan mengerti mengapa penting bagi saya untuk tidak pesimis dan sinis terhadap negara saya. mengapa sangat mendesak bagi saya untuk tetap percaya bahwa negara ini pasti akan menemukan obatnya.

 

maaf, teman. mengeluh itu pada tempatnya. jika tentang indonesia. saya menolak menjadi pengeluh.

 

 

7 komentar:

Arif Budi Nugroho mengatakan...

mantab!

Ten Eleven mengatakan...

swastii... adzan nih... *koq gw naro giniah disini sih???!!*

soen dari mengatakan...

betul banget, swas. bangsa kita toh umurnya masih muda. kalo masih ada kesalahan, itu wajar. berubah menjadi kondisi yg lebih baik di masa depan? kenapa nggak. aku juga masih percaya keadaan akan berubah jadi baik. just give it a try. kasih deh kesempatan.
btw, miss you heaps..

asri saraswati mengatakan...

jadi ingin kenal dg pak tri. pengajar memang harus terus mengingatkan generasi berikutnya tentang hal ini. tapi memang bener, sudah nggak jamannya marah pada dunia dan bangsa. sungguh telat. sekarang waktu untuk do whatever we can.

D S mengatakan...

bener banget, setidaknya mulai dari kita sendiri dulu, tetapi bukannya mengeluh itu awal dari kesadaran? dan kesadaran bisa jadi membawa perubahan...hmmm lagi ngebayangin kalo kita nrimo aja...akan seperti apa ya? hehehehe...

neurotic freeloader mengatakan...

epeng: amin dah..
adzan: pa kbr lo?
mb ndari: iya.. kita lho baru merdeka 64thn dgn luas negara 17rebu pulau.. jgn dibandingin sama singapur yg cuman seciprit dibantuin pula sama inggris.. malesia mah ngga level dah.. apalagi sama eropa-amerika yg udah merdeka sejak jaman negara kita masih dijajah..
asri: gw jg bertanya-tanya.. pak tri punya fesbuk nggak ya..
mb dewi: nggak ngeluh bukan berarti nggak kritis, kok, mbak..

Ten Eleven mengatakan...

alhamdulillah baiiikk.... lo gimana? sibuk apaan nih skarang??