13.1.05

bahagiaku sederhana

tiba-tiba aku ingat tentang sepasang angsa di depan puri sekar
handayani. ekor mereka yang bergoyang-goyang. paruh mereka dengan suara
‘ngaak ngaak’ yang sangat berisik dan mengganggu tidur seorang ipeh.
tidak ada yang istimewa.

kemarin aku senang melihat seekor
kura-kura berukuran seperempat telapak tanganku. tempurung kura-kura
mungil itu nyaris terpotong gunting rumput sang perempuan gundul yang
kurang waspada. aku mengelus takjub tempurungnya yang masih berwarna
coklat gelap. ia menjulurkan kepala dan keempat kakinya malu-malu. aku
menerka-nerka usianya. tak lama, aku sudah melihatnya terjun ke dalam
kolam, bergabung dengan dua kura-kura sedang, saudaranya. sepasang
kura-kura hitam itu beranak lagi. hmm...kira-kira ia sendirian atau
masih ada saudaranya yang lain?

beberapa minggu yang lalu aku
mengunjungi spirou di dinas kesehatan. ia sedang dalam perawatan. ia
akan dioperasi. ada batu di ginjalnya. bahkan menurut dokter dengan
keadaan seperti itu, seharusnya ia sudah menjalani cuci darah rutin.
sedihnya. matanya sayu. ia malas melakukan apapun, tidak terlalu aneh,
karena ia biasa bermalas-malasan. yang janggal adalah ia juga malas
makan. spirou tidak pernah malas makan. waktu itu, tubuhnya kurus.
untung sekarang ia sudah sehat. operasinya berhasil. ia sudah mulai
makan dengan lahap. dua kali lebih banyak dari porsi yang biasa. ia
hanya perlu sedikit olah raga dan banyak minum air putih. begitu kata
dokter. supaya tidak ada lagi batu-batuan bersarang di ginjalnya.
akupun kembali lega.

beberapa bulan yang lalu aku menghabiskan
waktu dengan sahabat-sahabat lamaku. berjam-jam duduk di food court
sebuah lokasi perbelanjaan. sesekali kami minum. selebihnya kami
mengobrol. aku suka sekali berbicara tentang berbagai hal. hanya
duduk-duduk dan berbicara. sekali setahun dengan karib sma. nyaris
setiap hari dengan kawan-kawan kuliah. kadang kala dengan dosen atau
guru les. bahkan dengan orang yang baru kukenal. aku pun suka
berbincang dengan keluarga. apalagi dengan lelaki itu. di mana saja. di
dapur teman smp sambil menikmati segelas sirup coco pandan dalam rangka
hari raya. di sebuah bis antar kota menjelang waktu-waktu shalat malam.
di sela-sela pergantian mata kuliah. waktu sarapan sebelum mengakhiri
sebuah pertemuan antar mahasiswa. di dalam mobil saat perjalanan mudik.
di meja makan disambi mengunyah lumpia gorengan ibu setelah sembilan
jam terpaku di kereta. di suatu malam menegangkan saat penghitungan
suara pemilihan ketua sebuah lembaga. terutama di perpustakaan selagi
menanti lampu untuk menyala lagi atau bahkan saat liburan. aku
berbicara tentang apa saja. masa lalu. kucing. kuliah. film. musik.
buku. olah raga. politik. gosip. prinsip. harapan. impian. ambisi.
penyesalan. keluarga. teman. sahabat. saudara. pacar. dan tentu saja,
cinta.

di suatu musim hujan, aku memandang keluar jendela. dua
ekor katak sedang berlompat-lompatan. precil, kata orang jawa. katak
kecil. bukan kecebong. mereka sedang menikmati hujan. biasanya, di
rumah nenek, jika hujan lebat datang, aku membantunya menangkapi
katak-katak kecil yang tanpa malu-malu masuk rumah. bukan pekerjaan
mudah. mereka tidak hanya berdua. kadang-kadang ratusan. apalagi bila
air selokan meluap. dulu, ketika di samping rumah belum dibangun rumah
tingkat, tiap kali hujan selalu terdengar suara katak-katak bernyanyi.
senangnya. kamarku pun belum bocor saat itu. sesekali tergerak hatiku
untuk membuka jendela dan mencoba menangkap precil-precil itu. aku
rindu memegang kulit licin mahkluk-mahkluk amfibia itu. lalu aku ingat
betapa kesalnya jika ibuku menyuruhku mengangkat jemuran ketika aku
sedang bermain. perusak kesenangan orang. serta merta kuurungkan
niatku. selain itu, aku suka melihat mereka melompat-lompat.

aku
selalu suka jalan-jalan. hanya bersama sepasang kaki-kaki lambatku di
pagi hari menyusuri jalan pintas menuju kampus. diam membisu dan
menikmati jajaran pohon kapas sendirian. atau sambil bercanda konyol
dengan teman-teman dan sahabatku yang baru saja turun dari kereta api
listrik. juga tentu saja sembari berbagi koran pagi dengan lelaki itu.
aku pun suka berkendara. dari becak sampai pesawat. semuanya. di pagi
buta dengan mata yang masih setengah mengatup. di tengah-tengah
keriuhan bis, bemo dan sepeda motor jahanam. di panas terik di
sela-sela lirik-lirik pengendur semangat. beberapa jam sebelum adzan
maghrib selagi menikmati berpotong-potong cemilan tak sehat. mulai
surabaya hingga lombok. sendiri. berdua. beramai-ramai. dengan kakak.
atau ibu. keluarga besar. keluarga inti. juga teman-teman. sahabat.
serta pastinya lelaki itu. entah untuk sekedar kota-kota. sekolah. les.
belanja. ibadah. menjenguk. mengantar. menjemput. mencari. apapun.

gampang,
yang penting hatiku senang. hanya membutuhkan mata, telinga, lidah,
otak dan hati. tidak mahal. sebagian orang menyebutku simple pleasure.
mungkin mereka benar. kalau dibuat enak ya enak, enggak ya enggak. tak
pernah mau diatur oleh keadaan dan selalu berusaha untuk menikmati
apapun. meskipun tidak mudah. selalu mencoba belajar dari sesuatu yang
sangat dibenci ‘hidup memang sudah susah. tapi jangan dibikin susah.’

Tidak ada komentar: